100 Ilmuwan Terkemuka Berseru: Asteroid Bisa Musnahkan Manusia!

Lebih dari 100 ilmuwan meyakini, sejarah bisa jadi berulang. Dan ini yang membuat mereka ketar-ketir: pada 65 juta tahun lalu, asteroid raksasa menghujam Bumi. Dinosaurus yang kala itu menjadi penguasa dunia punah.

Terancam Tenggelam, 'Surga' Kiribati Jadi Atlantis Kedua?

Kiribati terancam tinggal nama. Negara kepulauan di Samudra Pasifik itu akan jadi pertama yang tenggelam akibat naiknya permukaan air laut yang dipicu perubahan iklim. Rakyat di sana khawatir bukan kepalang, Tanah Air mereka yang bak surga di Bumi bakal menjadi 'Atlantis' kedua.

8 Eksoplanet Ditemukan, Mana yang Jadi 'Rumah Alien'?

Sejak diluncurkan pada Maret 2009, teleskop Kepler milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memindai angkasa, untuk mencari planet mirip Bumi yang sedang mengorbit bintang lain. Sejauh ini ada lebih dari 1.000 eksoplanet yang berhasil dipindai teleskop produktif itu.

Alasan Pluto di Pecat dari tata surya

Sejak penemuannya pada tahun 1930, Pluto menimbul sedikit teka-teki. Belakangan para ahli mengeluarkan Pluto dari daftar benda-benda angkasa yang selama ini kita kenal sebagai planet. Meski hal ini tentunya tidak mempengaruhi apa pun terhadap jalannya tata surya, karena ini hanya soal penamaan, tetapi kita ingin tahu mengapa demikian.

Ditemukan 3 Planet `super Earth`, Bisa Dihuni Manusia?

Ada berapa planet dalam sistem tata surya? Hingga kini yang telah diketahui dan masuk dalam mata pelajaran ada 9 planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto.

Negara Dengan wilayah hutan terluas

 

1. Rusia, 809 juta hektar

Luas hutan di Rusia membentang dari Karelia dekat Finlandia sampai ke Semenanjung Kamchatka di Rusia timur. Hutan mengandung 50% sumber daya dunia dari jenis kayu konifera. Hutan Rusia adalah rumah bagi spesies yang tak terhitung jumlahnya, termasuk macan tutul salju Siberia dan harimau Siberia dan 10% dari semua harimau liar dapat ditemukan di negara itu. 260.000 kilometer persegi hutan dikelola oleh Forest Stewardship Council yang membantu penebangan secara berkelanjutan dan 430.000 km persegi tanah berada di bawah perlindungan pemerintah Rusia. Penebangan liar pohon diperkirakan mencapai antara 20-30% dari semua penebangan di Rusia.


2. Brazil, 478 juta hektar
Brasil adalah rumah bagi hutan tropis terbesar di dunia. Hutan hujan Amazon menyumbang lebih dari setengah hutan hujan bumi yang tersisa. Amazon mengandung 90 - 140.000.000.000 metrik ton karbon, yang membantu menstabilkan iklim bumi dan juga menghasilkan 20% dari oksigen bumi melalui pengubahan karbon dioksida menjadi oksigen. Hutan Atlantik juga ditemukan di Brasil, di pantainya yang membentang dari Brasil ke Paraguay dan Argentina. Namun, hanya 7% hutan yang masih utuh dan akan mengancam kehidupan ribuan spesies binatang termasuk jaguar, tapir, dan monyet howler.

3. Kanada, 310 juta hektar
Hampir setengah dari permukaan tanah Kanada ditutupi oleh pohon-pohon dan hutan. Diperkirakan dua pertiga dari 140.000 spesies tanaman dan hewan berada di hutan Kanada yang terdiri dari 180 jenis pohon yang berbeda. 94% dari hutan adalah milik publik, dan 6% yang lain dipegang oleh pemilik tanah swasta. 20% air tawar dunia dapat ditemukan di hutan ini, persentase yang sama dengan jumlah yang ditemukan di hutan hujan Amazon.

4. Amerika Serikat, 303 juta hektar
Sejak koloni mulai menetap di Amerika Serikat pada tahun 1600-an, sekitar 121.405.000 hektar hutan telah ditebang yang sebagian besar digunakan untuk pertanian, pembangunan pemukiman dan perkayuan. 155.399.000 hektar hutan menutupi Amerika Serikat bagian timur, 74% dari hutan ini berdaun lebar dan 83% hutan adalah milik swasta. Di bagian barat negara, 147,710 juta hektar hutan, 78% di antaranya adalah konifer, yang 58% dimiliki oleh publik. Hutan milik publik dipertahankan sebagai taman nasional, zona perlindungan satwa liar dan taman rekreasi oleh US Forest Service, National Park Service, Fish and Wildlife Service dan Biro Pengelolaan Tanah.

5. China, 197 juta hektar
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) PBB memperkirakan bahwa hutan dan tanaman kayu meningkat di negara ini dari 157 juta hektar di tahun 1990 hingga 197.000.000 hektar di tahun 2005. Antara tahun 2000 dan 2010 hutan di China meningkat sebesar 1,6% hutan. Namun, setengah dari kayu China adalah impor, terutama dari hutan hujan tropis seperti Amazon. 70% hutan China dimiliki oleh negara dan ada total 131 biro hutan di negeri ini.

6. Australia, 164 juta hektar
Hutan asli Australia yang utama terdiri dari kayu putih (78%), akasia(7%), dan melaleucas(5%). Hutan-hutan ini pada umumnya terletak di daerah dengan curah hujan 500 milimeter per tahun. Kebakaran adalah ancaman utama bagi hutan di Australia dan pengawas hutan harus menerapkan strategi untuk mencegah kebakaran, pemadaman, dan deteksi untuk meminimalisir kerusakan akibat kebakaran hutan.

7. Republik Demokratik Kongo, 134 juta hektar
Hutan hujan Kongo adalah rumah bagi lebih dari 10 ribu spesies tanaman, 700 jenis ikan, 400 mamalia termasuk simpanse kerdil, dan 1000 spesies burung. Hutan meliputi 59,9% milik negara, lebih dari 828.812 km persegi. 8% dari hutan berada di bawah perlindungan dan negara Kongo berencana untuk memperluasnya sebesar 10 - 15% hutan di masa yang akan datang.

8. Indonesia, 88 juta hektar
Hutan Indonesia adalah rumah bagi 38.000 spesies tumbuhan, 1531 jenis burung, 515 jenis mamalia, 270 spesies amfibi, dan 35 spesies primata, termasukk orangutan dan bekantan. Hutan Indonesia pernah menutupi lahan sebesar 84% namun kini hutan telah terfragmentasi oleh jalan dan ditebang untuk pembuatan jalan akses menuju perkebunan kelapa sawit dan sawit kayu putih. Hutan-hutan di Sulawesi hampir semua rata, sementara hutan di Sumatra dan Kalimantan terus terkuras....

9. Peru, 69 juta hektar

80% hutan di antaranya adalah hutan primer, mencakup sekitar 50% hutan dari wilayah Peru dan 10% hutan flora dan fauna yang menakjubkan di dunia termasuk 25 ribu spesies tanaman. 1300 masyarakat adat hidup di 12 juta hektar hutan Peru, 9 juta sisanya adalah sebagai wilayah adat. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia PBB memperkirakan bahwa tingkat hutan yang digunduli adalah 224ribu sampai 300ribu hektar hutan per tahun jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga Amerika Latin.

10. India, 68 juta hektar

WWF (World Wide Fund for Nature) memperkirakan bahwa 20,64% wilayah India tertutupi oleh hutan dari hutan pinus subtropis Himalaya sampai hutan Mangrove India Timur. Hutan India adalah rumah bagi 45 ribu spesies tanaman dan 81 ribu spesies hewan termasuk harimau bengal dan gajah. Dua kawasan hutan India yang besar adalah Ghats barat yang ditemukan di kepulauan Andaman dan Nikobar dan terbesar di wilayah Assam wilayah utara timur. Dengan berkembang pesatnya perekonomilan, India lebih menekankan pada sumber daya hutan dan hutan yang tersisa telah terfragmentasi.

INGATLAH !!! Hutan Indonesia adalah Paru-Paru Dunia

"Kawasan hutan Indonesia, negara kita tercinta ini mencapai 162 juta hektar dan lahan hutan terluas terdapat di Papua (32,36 juta hektar). Lokasi hutan Indonesia lainnya terdapat di Kalimantan (28,23 juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta hektar). Luar biasa, bukan?"

Bahkan, Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ke-3 di dunia setelah Brasil dan Kongo! Keanekaragaman flora fauna pada hutan hujan tropis sangat bermanfaat bagi industri farmasi, kerajinan, pariwisata, dan ilmu pengetahuan. Manfaat lainnya adalah menjaga fungsi tata air, menyerap dan menyimpan karbondioksida, sumber air bagi kebutuhan makhluk hidup, memperlambat pemanasan global, dan dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita peduli akan kelestarian hutan.
image
Namun, Indonesia semakin menjadi perhatian dunia, karena kerusakan sumber daya hutan (deforestasi) yang benar-benar parah. Bahkan pada tahun 2007, Indonesia ditetapkan sebagai “ negara yang memiliki tingkat kehancuran hutan tercepat di antara negara-negara yang memiliki 90 persen dari sisa hutan di dunia“ dalam Guinness World Records. Sungguh memprihatinkan…
Penyebabnya antara lain adalah sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan pesat, terutama industri pulp dan kertas, yang ternyata didirikan tanpa terlebih dahulu membangun Hutan Tanaman Industri (HTI). Rancangan ini sangat diperlukan untuk menjamin pengadaan pasokan kayu pulp. Akibatnya, bahan baku dari industri ini mengandalkan pembukaan hutan alam secara besar-besaran bahkan terkadang dilakukan secara ilegal. Kegiatan ini diyakini telah merusak hutan seluas lebih dari 10 juta hektar selama lebih dari 60 tahun terakhir dan telah menggunduli sebanyak 40% dari luas hutan Indonesia. Jika diumpamakan, Indonesia telah menghancurkan luas hutan yang setara dengan 300 lapangan sepakbola setiap jamnya. 
Forest Watch Indonesia pun mencatat kerusakan hutan di Indonesia dari tahun terus meningkat dan saat ini sudah mencapai 2 juta hektar per tahun. Saat ini diperkirakan luas hutan alam yang tersisa hanya 28% dan jika tidak segera dihentikan, hutan yang tersisa akan segera musnah.
image
Rusaknya hutan Indonesia berpotensi mengakibatkan bencana alam berupa tanah longsor, kekeringan saat musim kemarau, rusaknya lapisan ozon, efek rumah kaca, global warming, menyumbang 12% - 17% dari emisi karbondioksida global, punahnya kekayaan flora dan fauna khas Indonesia, serta berbagai efek negatif kepada alam lainnya. Pada kenyataannya, efek negatif ini sangat berpengaruh bagi kehidupan kita sehari-hari bahkan kehidupan generasi selanjutnya.
***
Mari lestarikan hutan dengan hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan, seperti mengurangi penggunaan kertas, meningkatkan kesadaran akan pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup generasi selanjutnya, dan mengajak lingkungan sekitar untuk menanamkan kesadaran tersebut. Kamu pun dapat bergabung ke berbagai komunitas yang memiliki perhatian besar kepada hutan, lingkungan, serta alam sehingga dapat menambah ilmu sekaligus aktif melakukan kegiatan bermanfaat.

“Hantu” Itu Bernama Perubahan Iklim


Permukaan air laut terus meningkat akibat mencairnya es di berbagai belahan bumi. Foto: Rhett A. Butler
Perubahan iklim merupakan “hantu” yang keberadaannya tidak terlihat namun dampaknya nyata.
Apakah perubahan iklim itu? Secara sederhana, perubahan iklim merupakan kondisi yang terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) dan karbon dioksida (CO2) yang berimplikasi pada peningkatan permukaan air laut. Kondisi ini akan berdampak buruk pada seluruh negara yang ada di bumi, terlebih negara kepulauan seperti Indonesia. Berdasarkan laporan World Bank dan Regional and Coastal Development Centre of ITB (2007), diperkirakan, dalam 30 tahun ke depan, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan tenggelam ketika peningkatan air laut mencapai 0,80 meter.
Perubahan iklim dianggap sebagai persoalan paling sulit dari seluruh permasalahan lingkungan yang dihadapai di dunia saat ini. Mengapa? Karena kontribusi terbesarnya adalah emisi karbon dioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran batubara, minyak dan gas alam. Hasil pembakaran CO2 yang dalam setahunnya mencapai sekitar 30 miliar ton ini, akan sangat sulit dan butuh biaya mahal untuk ditangkap lalu “dibuang” dari atmosfer.
Faktor berikutnya adalah penggundulan hutan tropis yang masih berlangsung. Padahal hutan memberikan manfaat luar biasa mulai dari potensi kayu dan non-kayu, sebagai sumber air dan udara yang sejuk, hingga pengontrol banjir dan penyerap polusi. Alasan klasik mengapa penggundulan terus terjadi adalah hutan selalu dikaitkan dengan nilai ekonomi pangan, perdagangan, dan pembangunan.
Tentunya, gangguan yang terjadi terhadap iklim sangat berbahaya. ”Secara sederhana, iklim merupakan amplop yang berisi seluruh situasi lingkungan dan proses rumit kegiatan manusia,” tutur Budi Haryanto, dari Research Center for Climate Change Universitas Indonesia, Senin (29/12/2014).
Bila amplop iklim tersebut mengalami gangguan terutama dari aktivitas manusia maka banyak dampak yang akan terjadi. Mulai dari terganggunya ketersediaan air dan  produktivitas pertanian, meningkatnya frekuensi banjir, memburuknya kualitas udara, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga gangguan mikroorganisme patogen dan vektor penular penyakit. ”Semua kerusakan lingkungan itu, ujungnya akan berdampak besar pada kesehatan manusia,” tutur Budi.
Contoh nyata dampak perubahan iklim adalah dengan meningkatnya kasus demam berdarah (DBD) karena nyamuk pembawa virus tersebut, Aedes aegypti, telah beradaptasi. Ukuran nyamuk sekarang lebih kecil dan sering menggigit. Bila sebelumnya hanya menggigit lima hari sekali, kini menjadi tiga hari sekali, yang otomatis jumlah gigitannya bertambah dua kali lipat. “Dengan ukurannya yang kecil, nyamuk akan lebih cepat terbang, cepat lapar, dan cepat berpindah tempat untuk mencari sasaran yang akan digigit, ” jelas Budi.
Begitu mengkawatirkannya dampak perubahan iklim ini, negara-negara di dunia pun sepakat untuk bersama menanganinya. Secara umum, ada tiga hal besar yang dilakukan. Pertama, mitigasi yaitu upaya pengurangan secara terukur sumber penyebab perupahan iklim terkait kegiatan manusia. Kedua, adaptasi yaitu melakukan pengurangan terukur dampak terhadap kelangsungan hidup manusia yang dengan kata lain merupakan usaha maksimal kita menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi lingkungan yang terjadi. Ketiga, penderitaan yaitu jika upaya mitigasi dan adaptasi yang telah dilakukan tidak berjalan baik maka kita harus bersiap menderita akibat perubahan iklim yang terjadi.
Penampakan hutan Kalimantan dari udara. Foto: Rhett A. Butler
Jasa ekosistem
Ekosistem memiliki peran penting dalam hal menghadapi perubahan iklim. Semakin tinggi kekayaan hayati yang terkandung dalam suatu ekosistem maka ketahanan untuk menghadapi perubahan iklim dalam hal mitigasi ataupun adaptasi akan semakin kuat. Karena, jasa yang diberikan ekosistem (ecosystem services) ini tidak hanya untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi, pengatur iklim dan kualitas udara. Akan tetapi juga menyerap karbon, mengatur kualitas air, hingga melindungi habitat dan keanekaragaman hayati yang ada.
Nurul  Winarni, peneliti dari Pusat Perubahan Iklim Universitas Indonesia, menuturkan bahwa pada tingkatan global, 70 persen hasil panen jenis-jenis makanan primer tergantung dari penyerbukan satwa. Menurut Nurul, ada beberapa jenis tanaman secara global yang sangat bergantung pada polinator (penyerbuk) di alam seperti sawit, vanila, dan markisa. Sedangkan jenis-jenis polinator alami ini ada pada burung, serangga, kupu-kupu, lebah, dan kelelawar.
Fungsi polinator ini sangat penting karena mentransfer serbuk sari antarbunga yang memungkinkan terjadinya buah. Dengan buah yang makin banyak dan berat maka akan semakin baik pula kualitasnya. “Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan penyerbukan yang dilakukan oleh lebah madu menghasilkan keuntungan per tahun hingga 14,6 miliar dollar Amerika.”
Nurul pun menjelaskan bahwa tanaman pangan berupa buah-buahan merupakan jenis yang rentan terhadap perubahan iklim. Ini dikarenakan buah-buahan memiliki siklus yang bergantung iklim dalam hal berbuah yang dampaknya akan menurunkan produktivitas.
Terkait keragaman hayati yang ada, Nurul mencontohkan Indonesia yang merupakan pusat keragaman pisang ke enam di dunia. Sementara, untuk durian, Indonesia memiliki 20 jenis durian yang 18 jenisnya ada di Kalimantan. “Namun, malah Thailand yang mengekspor durian ke Indonesia sebesar 600 juta baht per tahun atau setara 21 miliar rupiah,” ujarnya.
Perubahan iklim menunjukkan bahwa kita telah mengganggu kesetimbangan alam. Kita butuh upaya yang sangat kuat untuk menetralisir iklim bumi agar kondisinya kembali stabil. Dikarenakan bumi kita hanya satu, maka tugas kita bersama untuk merawatnya. “Salah satu cara, dengan mengurangi penggunaan karbon dan menuju low carbon emission society,” ujar Budi.
Sehingga, kata Budi, kita bisa menjawab pertanyaan sebagaimana ucapan Kirk R. Smith, Professor of Global Environmental Health University of California Berkeley.“Apa yang bisa kita wariskan kepada generasi mendatang terkait penyelamatan bumi dari serangan hantu perubahan Iklim?”
Burung-madu sangihe, merupakan burung-madu berukuran 12 cm yang hanya dapat dijumpai di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Foto: Burung Indonesia

jangan wariskan Air mata pada Cucu kita Tapi wariskan Mata air

 
 
SURAT DARI TAHUN 2050

Dokumen ini dipublikasi di majalah
"Crónica de los Tiempos" April 2002.

Aku hidup di tahun 2050. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun. Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih. Aku pikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku. Aku teringat disaat berumur 5 tahun. Semua sangat berbeda. Masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya.
Berbeda dengan sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang dibasahi dengan minyak mineral. Sebelumnya, rambut yang indah
adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air. Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Tetapi sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja.
Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu seringkali ada pesan yang mengatakan:
”JANGAN MEMBUANG BUANG AIR”
Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas.
Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering.
Sekarang, pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya. Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Tetapi sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari.
Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air. Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun. Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar.
"Manusia tidak bisa membuat air."
Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, dan membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang. Morphology manusia mengalami perubahan... …yang menghasilkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi. Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31,102 galon]. Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari “kawasan ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. Udara yang tersedia di dalam “kawasan ventilasi” tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas. Umur hidup manusia sekarang rata-rata adalah 35 tahun.
Di tahun 2050 hanya beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi yang mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas
atau permata. Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun
hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam. Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi.
Dahulu kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai,
dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana
sehatnya manusia pada masa itu. Suatu hari dia bertanya: - "Ayah! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ?" Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku... Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian... dan banyak orang lain juga! Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang
melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya. Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak\ akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir. Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi ...
... Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya
menyelamatkan planet bumi ini! BANTU KAMI TEMANKU.... walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang. Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita. Lakukan untuk anak dan
keturunanmu kelak.
AIR DAN BUMI DEMI MASA
DEPAN!
#Air, Untukku, Untukmu, Untuk Indonesia
Mempetisi ke
Seluruh makhluk bumi
Jangan wariskan air mata kepada anak cucu kita, tapi wariskanlah mata air.
Berita

Fans One Direction di Filipina Tanam 5000 Mangrove, Directioners Indonesia Jangan Mau Kalah



Banyak cara untuk mengungkapkan rasa cinta buat band idolanya, mulai dari support setiap konser yang diselenggarakan, membeli merchandise resmi atau membuat acara tribute. Dibandingkan dengan hura-hura, cara para fans One Direction dari Filipina ini punya cara yang unik, membawa bendera 1DPH mereka justru membuat acara yang berkaitan dengan lingkungan dengan melakukan penanaman pohon bakau.
"Kami selaku Directioners ingin memberikan pengaruh yang positif buat para anak muda untuk meingkatkan status Selat Tanon. Dengan menanam bakau kita nggak cuma melindungi lingkungan tapi juga mempertahankan mata pencaharian masyarakat dan memberikan kesempatan bagi generasi mendatang, " ungkap Presiden 1DPH seperti dilansir dari adb.org
Penanaman bakau atau mangrove ini dilakukan pada 24 Januari lalu di kawasan Selat Tanon, provinsi Cebu yang merupakan salah satu kawasan lindung terbesar di Filipina. 11 anggota dari 1DPH berasal dari Manila, Cebu dan Iliolo dan bergabung dengan 150 partner lain dari Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam, organisasi masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
Fans One Direction Filipina Tanam Bakau
Acara ini merupakan kerjasama antara One Direction fans club yang ada di Filipina dan proyek lingkungan yang didanai Asian Development Bank untuk pengelolaan sumber daya kawasan pesisir dan laut di kawasan terumbu karang di Asia tenggara atau Coral Triangle-Southeast Asia (CTI-SEA). Sebanyak 5000 pohon bakau ditanam pada acara yang berjudul "A1D: Mangroves for Mankind event".
Melalui kegiatan in para directioners Filipina ini ingin memuat anak muda untuk lebih peduli pada lingkungan Selat Tanon sejak hutan bakau dikawasan itu terancam karena tekanan penduduk. Pada tahun 2013 diperkirakan cuma 5000 hektar hutan bakau yang bertahan atau sekitar 0,01 % area aja yang tertutup hutan bakau dari total 518.000 hektar di kawasan tersebut. Penanaman bakau mulai dipromosikan oleh CTI-SEA sebagai salah satu dari beberapa tindakan adaptasi perubahan iklim bagi masyarakat pesisir untuk melindungi tanah dari angin kencang, gelombang dan badai.
Nggak cuma melakukan penanaman bakau, para fans One Direction ini juga melakukan penggalangan dana dan berhasil mengumpulkan 6.000 peso atau setara dengan USD $ 150 dari penjualan kaos yang mereka desain pada anggota 1DPH lainnya. Sejumlah uang ini di donasikan pada Bonbon Fishermen’s Association sebuah arganisasi masyarakat yang bekerjasama dengan Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam yang akan memanfaatkan dana tersebut untuk mengelola lokasi penanaman tersebut.
Wah keren yah yang dilakukan sama fans One Direction di Filipina, kayaknya Directioners di Indonesia harus nyontek kegiatan sosial-lingkungan serupa nih.

Polusi Tingkatkan Risiko Serangan Jantung


Penelitian British Medical Journal (BMJ) memantau data dari 100.000 orang di lima negara Eropa
dan menemukan bukti-bukti yang berbahaya polusi untuk kesehatan, bahkan pada tingkat konsentrasi polusi udara yang aman.
Studi ini mengungkapkan adanya kaitan antara polusi udara dan risiko serangan jantung. Para ahli menekankan risiko terhadap individu masih relatif kecil. Meski begitu, menyikapi hasil studi ini, Uni Eropa kemudian meningkatkan target untuk mencapai udara bersih.
Sejumlah argumen menyebutkan hasil penelitian itu tidak menyakinkan karena mereka tidak menghitung paparan pencemaran ke tingkat yang lebih tinggi. Salah satu faktor, seperti merokok dan memiliki tekanan darah tinggi, memberikan kontribusi lebih banyak kepada risiko serangan jantung seseorang dibandingkan asap kendaraan dan industri.
Tetapi, penelitian bersama yang dilakukan oleh institut dan universitas di Eropa ini mengungkapkan bahwa paparan pencemaran udara dalam jangka panjang dan berulang punya risiko tinggi, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat jalan sibuk di sebuah kota.
Polusi dan penyakit pernapasan
Lebih jauh, studi BMJ tersebut menemukan bahwa peningkatan 13 persen kadar partikel sangat halus berukuran 2,5 mikro meter (PM 2,5) cenderung meningkatkan kejadian serangan jantung, setelah dihitung dengan faktor risiko lainnya seperti merokok. Peningkatan kadar partikel yang lebih besar PM 10 juga berkaitan dengan risiko serangan jantung.
Aturan Uni Eropa yang baru menetapkan batas polusi udara PM 2,5 dua kali lipat dari ambang batas udara yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO.
Para peneliti mengatakan, hasil studi tersebut seharusnya menjadi rujukan Uni Eropa untuk menurunkan ambang batas partikel polusi udara.
Pasalnya, di Inggris, diperkirakan hampir 30.000 orang meninggal lebih cepat setiap tahun akibat paparan polusi udara, yang dikaitan dengan asma dan penyakit paru-paru lain, termasuk kanker dan juga sakit jantung.