Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah di Tangerang mengatakan, energi terbarukan yang telah berhasil dilakukan dalam pengelolaan sampah ialah dengan mengubahnya menjadi gas metan untuk dipakai oleh warga. Saat ini, warga di sekitar TPA Rawa Kucing udah bisa menikmati aliran gas metan yang dihasilkan dalam pengelolaan sampah. Bahkan, aliran gas metan tersebut akan terus diperluas supaya bisa dinikmati warga lainnya sebagai manfaat dari pengelolaan sampah.
Lalu, sejak tahun 2003/2004, Bank Sampah yang dibangun Pemkot Tangerang di setiap RT/RW telah menghasilkan kompos. Kompos yang dihasilkan dari sampah itu kemudian dijual ke pedagang bunga keliling dengan harga Rp 5.000 per bungkus.
"Jadi, sampah yang berasal dari warga dikelola warga dan bermanfaat untuk warga juga," papar Wali Kota.
Ada juga energi enzim yang dihasilkan dari proses air lindi dan berfungsi untuk bio-aktivator. Enzim ini berfungsi untuk mereduksi limbah yang dihasilkan suatu tempat sebelum terbuang menjadi ampas dan nggak menimbulkan bahaya. Sampah juga udah berhasil dikelola menjadi konblok yang dihasilkan dari reduksi pembakaran insinilator di TPA.
Untuk yang terbaru, Kota Tangerang mulai mengoperasikan inovasi teknologi pengolahan sampah CGC Sapu Jagat yang bekerja sama dengan Lembaga Riset Muda Indonesia. CGC Sapu Jagat memiliki manfaat, yakni mampu mereduksi sampah dengan kapasitas minimal 30 ton sampai 100 ton sampah sehari untuk setiap unitnya. Dengan suhu 1.000 hingga 8.000 celsius pada level 8, CGC mampu menghancurkan sampah dalam waktu satu jam. Alat ini mampu mendaur ulang sampah menjadi energi terbarukan seperti listrik dengan kapasitas 100 KWH hingga 1 MWH.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tangerang Ivan Yulianto mengatakan telah membentuk ribuan Pemuda dari berbagai kalangan, melakukan Deklarasi Pemuda Peduli Sampah. Pemkot Tangerang pun menyiapkan 13 becak motor (bentor) bagi para petugas kebersihan untuk setiap kelurahan dalam menyisir sampah di wilayah masing-masing.
Sumber : www.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar